Siapa tak kenal menu tahu isi goreng. Panganan berbahan baku kedelai ini bisa dibilang menjadi menu sehari-hari masyarakat di Indonesia. Ketenaran tahu goreng ini yang kemudian menarik minat beberapa orang mengolahnya menjadi peluang usaha yang menghasilkan pundi-pundi uang cukup besar. Salah satunya, pria bernama Rudi Parlinggoman Sinurat yang menjajal usaha franchise Tahu Jeletot Taisi.
Awal mula usaha
Minat usaha pria yang akrab dipanggil Rudi sepertinya merupakan panggilan alam. Sejak bangku kuliah, Rudi sudah terbiasa berbisnis mulai dari penjual voucher, foto kopi dan lainnya. Bahkan, dia pun rela meninggalkan pekerjaan di beberapa perusahaan besar yang sudah dijalani selama 4 tahun, salah satunya di bank untuk lebih menekuni bakat bisnisnya. “Kenapa saya berbisnis, itu banyak faktor tapi kalau yang utama saya tinggal di Depok. Setelah tinggal di sini kerja di Jakarta naik kereta jadi saya itung-itung minimal 2 jam perjalanan. Artinya, hampir 50 % waktu kerja kita terbuang di perjalanan. Kemudian mengenai kenapa bisnis jadi kerja naluri bisnis udah dari lahir,” ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Sebelum tahu goreng Taisi, Rudi awalnya menyelami bisnis franchise jamur goreng
pada 2011. Namun, karena sifat menu ini yang dinilai musiman, dia pun memutar otak untuk tetap bisa memanfaatkan modal dasar usahanya yang sudah ada. Atas dasar usulan pekerjanya, Rudi mencoba peruntungan pada usaha jualan tahu goreng pedas isi yang saat itu memang sedang tenar. Kurun sebulan, dia pun mencoba meracik resep tahu goreng pedas yang bisa diterima sambil coba dijajakan kepada pelanggan. Racikan tahu, cabai dan sayuran setiap harinya berubah untuk mendapatkan rasa yang pas. Rudi bahkan berkeliling mencari pemasok tahu yang rasanya dinilai tepat ke beberapa pabrik di seputaran Depok. Tepat 29 Maret 2012, usahanya berbuah hasil, resep didapat. Dagangan pun mulai laris. Salah satu bank pemerintah turut memberikan andil pendanaan awal Rp 10 juta untuk Rudi memulai usahanya kembali.
Tawaran Franchise
Usai sukses berbisnis sendiri, dia memberanikan menawarkan sistem franchise. Sarana promosi utama melalui media sosial website, facebook hingga twitter. Perlahan, saat ini Rudi telah memiliki 50 franchise yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Bagi yang berminat, cukup merogok kocek Rp 10 juta sebagai investasi awal. “Calon mitra sudah dapat gerobak dan peralatannya masak, kita siapin. Tempat dan karyawan calon mitra. Kita suplai dari pusat termasuk bahan bakunya,” tutur dia. Sebenarnya, kata dia, beberapa wilayah di luar Pulau Jabodatabek dan Jawa sudah menginginkan franchise tahu jeletot taisi miliknya. Tak ingin gegabah, Rudi mengaku ingin fokus mengembangkan usaha di Jabodetabek karena kendala pada pasokan bahan baku. Dia pun terus merajut mimpinya untuk memiliki hingga 100 franchise di tahun ini.
Kendala Usaha
Bukan disebut usaha jika tak ada rintangan yang membentang. Rudi mengaku masalah
yang paling dirasakan adalah menjaga loyalitas pekerja. Saat ini, Rudi mempekerjakan sekitar 25 orang yang langsung dan tidak langsung sebanyak 50 orang. Dia pun memperlakukan mereka layaknya keluarga dengan tujuan pekerjanya akan bersungguh-sungguh atas setiap pekerjaan yang dikerjakan. “Karyawan orang-orang sini nggak ada yang dari kampung karena memang awalnya tujuan bisnis ini adalah semua orang di sekitar sini bekerja,” tambah dia. Kalau tentang penghasilan, tanpa menyebut secara pasti, Rudi mengaku sudah mencukupi untuk hidup. “Harga tahunya dijual Rp 2000, sehari bisa produksi 8000 sampai 10.000 tahu, tinggal kalikan saja,” ungkap pria beranak dua
ini. Sebagai pengusaha, Rudi juga memiliki mimpi. Selain mencukup kehidupan, dia
ingin apa yang dilakukan bermanfaat untuk masyarakat. Mampu menciptakan lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar. Mimpi lainnya, memiliki satu usaha restoran yang masih bergelut pada makanan.